Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Artikel Perubahan Sosial-Budaya’ Category

Oleh: Dr. ARIFIN, M.Si. *)

Dalam pandangan Al Qur’an dan Sosiologi Pembangunan, eksistensi manusia dalam hidupnya sangat ditentukan oleh ada atau tidaknya kualitas sikap mental dan perilaku hijrah atau inovasi dalam dirinya. Permasalahan yang muncul adalah: Apakah hakikat makna hijrah atau inovasi itu? Bagaimana pandangan ilmu pengetahuan (perspektif sosiologi) tentang essensi atau makna hijrah / inovasi dalam proses kehidupan manusia?; dan Bagaimana perspektif Al Qur’an tentang hakikat makna hijrah/ inovasi dalam proses kehidupan manusia di masyarakat?. Ketiga persoalan itulah yang akan menjadi fokus kajian pada makalah singkat ini, dengan harapan semoga wacana singkat tentang urgensi membangun sikap mental dan perilaku hijrah ini menjadi bahan renungan ummat Islam yang selama ini masih sangat rendah kualitas inovasinya dan akhirnya mampu membangkitkan ghirah inovasi sepanjang hidupnya sebagaimana yang diperintahkan dalam Al Qur’an.
Secara tekstual (harfiah) hijrah adalah berpindah, sedangkan secara kontekstual makna hijrah adalah ‘membaharui hidup dalam segala aspek pada kondisi hasil karya hari ini lebih baik dari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini’. Jadi, hakikat makna hijrah secara kontekstual adalah inovasi. Sikap mental dan perilaku hijrah/ inovasi berarti sikap mental dan perilaku individu sepanjang usia hidupnya untuk terus menggelorakan prinsip hidup ‘hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini’. Kriteria ‘baik’ dalam hal ini adalah baik menurut Al Qur’an dan Sunnah shahih. Jadi, kriteria baik bukan menurut pertimbangan individu (subyektiv) yang tanpa akar/ dasar Al Qur’an dan Sunnah shahih. Segala fenomena/ gejala dan persoalan dijagat raya ini hakikatnya semua telah diatur dalam Al Qur’an, baik yang disinggung secara empirik (nyata) atau secara simbolik (dibalik yang nyata). Renungkan firman Allah S.W.T sebagai berikut:
“…dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (Q.S. 25/ Al Furqaan: 2). “.. Dan telah Kami wahyukan kitab (Al Qur’an) kepadamu untuk menerangkan segala seuatu dengan jelas dan menjadi petunjuk… “ (Q.S. 16 / An Nahl: 89)
Dalam pesrpektif Sosiologi pembangunan, sikap mental inovasi / hijrah yang selalu tumbuh pada setiap diri individu akan menjadi dasar/ kunci keberhasilan individu tersebut dalam kehidupan di masyarakat, demikian juga bila suatu masyarakat kondisi Sumber Daya Manusianya (SDM) mayoritas mampu membangun sikap mental dan perilaku inovasi/ hijrah, maka masyarakat/ bangsa tersebut akan menjadi pemenang dan pemegang kendali kehidupan di dunia ini dalam segala aspek. Beberapa teori pembangunan yang dikemukakan para ahli di abad 19 dan 20 semuanya mempunyai kesimplan yang sama, yang meletakkan unsur “sikap mental inovasi/ pembaharuan/ hijrah” sebagai faktor yang paling menentukan dalam mebawa tingkat kemajuan atau modernisasi kehidupan. Misalnya: Teori Need fo Echievement (n-Ach) oleh Prof. David Mc Clalland; Teori Mentalitas modern oleh Prof. Alex Inkeles dan Prof. Smith; Teori Ethic Protestanism oleh Max Weber. Teori-teori tersebut menginspirasi negara-negara maju dalam membangun negaranya dengan lebih menekankan aspek mentalitas manusia (human centered development) agar selalu melakukan inovasi dalam segala aspek kehidupan. Konsekwensi dari pelaksaan pembangunan yang lebih menekankan pada aspek mentalitas dan perilaku manusia inovatif tersebut adalah bangsa/ negara tersebut mampu berkompetisi dan menguasai segala aspek kehidupan di bumi ini.
Apa yang telah ditemukan oleh ilmuwan dunia barat di abad 19 dan 20, tentang esensi dari sikap mental-perilaku inovatif/ hijrah dalam memajukan kehidupan disegala aspek, sebenarnya telah disinggung oleh Al Qur’an 15 abad yang lalu. Jadi, semestinya detik ini yang menguasai dan mengendalikan bumi dengan teknologi canggih adalah ummat Islam, bukan non muslim. Ada beberapa prinsip dalam Al Qur’an yang menjelaskan tentang pentingnya membangun sikap mental dan perilaku inovasi/ hijrah dalam hidup ini, yaitu:
Pertama, apabila seseorang ingin menguasai dunia, bahkan dia akan mendapatkan karunia yang melimpah dari Allah S.W.T, maka salah satu syaratnya adalah individu tersebut harus selalu membangun sikap mental dan perilaku inovasi/ hijrah selama proses hidupnya di dunia. Hal ini secara tegas dijelaskan dalam Al Qur’an surat ke 4/ An Nisa’:100, yang artinya “Barangsiapa yang berhijrah (berinovasi) di jalan Allah, niscaya akan diperolehnya karunia (rizki dari Allah) dimana dia berpijak di bumi ini…”.
Kedua, apabila seseorang ingin selalu kembali (berada) di garis hidup yang selalu mendapat karunia (rakhmat) dari Allah S.W.T dalam segala aspek kehidupannya, maka salah satu syarat adalah individu tersebut harus selalu membangun sikap mental dan perilaku inovasi/ hijrah selama hidupnya di dunia ini. Hal ini dapat ditangkap dari makna kontekstual dari Al Qur’an surat ke 2/ Al Baqarah:218, yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah (berinovasi) dan berjuang di jalan Allah, mereka itu mengharap (berada dijalan hidup) karunia / rakhmat Allah…” .
Ketiga, apabila seseorang ingin meraih kedudukan yang paling mulia dimata sesama manusia dan dimata Allah S.W.T serta ingin selalu menjadi pemenang dalam kompetisi hidup dalam segala aspek, salah satu syaratnya adalah individu tersebut harus selalu membangun sikap mental dan perilaku inovasi/ hijrah sepanjang usia hidupnya. Prinsip ini telah dijelaskan dalam Al Qur’an surat ke 9/ At Taubah:20, yang artinya “Orang-orang yang beriman (suci dari kesyirikan) dan berhijrah (berinovasi) serta berjuang dijalan Allah dengan harta dan jiwanya, mereka itu mendapat derajat yang tinggi disisi Allah, dan mereka itulah orang-orang yang akan menjadi pemenang (dalam kompetisi hidup)”.
Keempat, setiap pribadi muslim apabila dia ingin disebut sebagai mukmin sejati oleh Allah S.W.T, perjalanan hidupnya selalu ingin dimaafkan oleh Allah S.W.T dan dalam hidupnya di dunia akan meraih rizki yang membawa mulya hidupnya, salah satu syarat dari empat syarat adalah setiap individu muslim harus membangun sikap mental dan perilaku hijrah/ inovasi selama hidupnya. Hal ini ditegaskan dalam Al Qur’an surat ke 8/ Al Anfal: 74, yang artinya “Orang-orang yang beriman (steril dari syirik) dan berhijrah (berinovasi), dan bersungguh-sungguh dalam menjalani rencana hidup dijalan Allah, serta orang yang selalu menolong orang lain, mereka itulah orang-orang mukmin sejati, mereka akan mendapat ampunan dari Allah dan akan mendapat rezeki yang memuliakan dia”
Kelima, setiap hamba Allah yang selalu berusaha untuk berhijarah/berinovasi atau selalu membangun sikap dan perilaku hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini dalam bingkai keimanan yang bebas dari kesyirikan, maka kelak diakhirat hamba tersebut akan dimasukkan dalam surga, dimana surga itu dia yang memilih. Prinsip ini bisa kita tangkap dari makna kontekstual dari Al Qur’an surat ke 22/ Al Hajh: 59 “Demi (orang-orang yang berhijrah/inovasi) sesungguhnya Dia (Allah) akan memasukkan mereka ketempat (surga) yang mereka sukai (dia sendiri yang memilih). Sungguh Allah Maha mengetahui dan Maha penyantun”
Masih banyak prinsip-prinsip hidup tentang pentingnya membangun sikap mental dan perilaku hijrah/ inovasi yang dijelaskan dalam Al Qur’an, yang semestinya menjadi dasar orientasi hidup setiap hamba muslim sepanjang usianya. Jadi, persoalan yang paling mendasar yang menyebabkan kualitas kehidupan ummat Islam dibelahan bumi ini tidak mampu menguasai segala aspek kehidupan adalah tidak berkembangnya sikap mental inovasi/ hijrah sepanjang usia hidupnya.
Ada tiga faktor kunci agar setiap pribadi muslim mampu atau sanggup membangun kualitas sikap mental dan perilaku hijrah/ inovasi sepanjang usia hidupnya adalah: Pertama, Kokohnya iman yang bebas dari kesyirikan; Kedua, Terus belajar dan menguasai Iptek; dan Ketiga, Selalu terobsesi untuk saling menolong / membangun cinta kasih dengan sesama (ketiga aspek ini akan dikaji dalam kajian berikutnya). Akhirnya, semoga apa yang tersaji dalam makalah singkat ini akan menjadi renungan dan mampu memotivasi hidup kita untuk selalu berinovasi/ berhijrah dalam sisa-sisa lembarhidup kita. Amin

*) Penulis adalah guru, dosen, Anggota CMM dan alumni S3 Universitas Brawijaya, serta peminat studi Sosiologi Agama.

Read Full Post »