Oleh: Dr. Arifin, M.Si. *)
I. PENDAHULUAN
Hakikat kehadiran setiap individu dalam proses hidup ini, diantaranya adalah mengemban status dan peran sebagai “terdidik dan mendidik”. Asumsi itulah yang menyebabkan kita semua apabila memahami dan mengkaji tentang ‘peran atau fungsi guru’ dalam proses mendidik diri sendiri dan peserta didik di sekolah tidak akan habis untuk diperbincangkan, baik pada level masyarakat awan maupun level masyarakat ilmuwan.
Dari beberapa kajian ilmiah berkaitan dengan fungsi dan peran guru dalam proses pembelajaran tentang ilmu pengetahuan atau pola budaya pada peserta didik, menyimpulkan bahwa kedudukan guru memegang peran sentral sebagai: (1) Salah satu media pentransfer ilmu pengetahuan pada anak; (2) Pembimbing proses perubahan pola perilaku kehidupan anak didik kearah lebih baik; dan (3) Fasilitator dalam proses pemecahan problema yang berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah pada setiap peserta didik. Agar setiap guru mampu menjalankan ketiga peran sentral tersebut, maka setiap guru disepanjang waktu harus terus berjuang untuk meningkatkan kualitas profesinya, khususnya berkaitan dengan kualitas pelayanan ketiga peran tersebut. Kualitas kompetensi profesional guru adalah menyangkut: Kompetensi kepribadian; kompetensi sosial; kompetensi paedagogik; dan kompetensi profesi.
Mengkaji tentang metode meningkatkan kualitas peran dan profesionalitas guru dalam mentranfer ilmu (transfer of science), transfer nilai-norma (transfer of value and norm), dan sebagai pembimbing (guidance) dalam proses pembelajaran di sekolah, atau mewujudkan keempat kompetensi profesional tersebut, menuntut adanya pemahaman dan sudut pandang secara multidimensional. Banyak wacana yang telah disampaikan oleh para ahli, baik melalui media publikasi jurnal penelitian ilmiah, maupun buku kajian ilmiah yang membahas tentang, bagaimana metode atau strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan kualitas kompetensi profesional guru peran guru di kelas.
Salah satu bagian penting dari upaya meningkatkan kompetensi profesional guru adalah, guru ditumbuhkan motivasinya untuk menulis, membuat karya lmiah atau melakukan penelitian tindakan kelas. PTK merupakan salah satu bagian karya tulis ilmiah yang harus dikuasai oleh setiap guru, agar proses pembelajaran di kelas terus terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran siswa dan guru. Berikut ini dijelaskan secara singkat tentang bagaimana cara melakukan kegiatan penelitian tindakan kelas?
II PEDOMAN PRAKTIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
A. Beberapa Konsep Penting Dalam Memahami PTK
Ada beberapa konsep penting yang perlu dipahami tentang apa sebenarnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini penting untuk diketahui sebelum melakukan kegiatan penelitian, karena masih banyak kalangan guru/ peminat pendidikan yang menilai bahwa PTK itu, baik dari segi pendekatan dan strategi analisis datanya sama seperti penelitian lainnya, padahal PTK mempunyai kararakteristik yang khas. Berikut ini beberapa karakteristik PTK menurut para ahli, antara lain:
1. PTK merupakan salah satu bentuk strategi penelitian kualitatif yang berparadigma konstruktivis. Ada tiga paradigma penelitian kualitatif, yaitu: (a) Paradigma Pospositivis, yang memiliki lima macam Strategi Penelitian Kualitatif (SPK), yaitu: SPK Studi Kasus; SPK Etnografi; SPK Interaksionis Simbolik; SPK Naturalistis Inquiry; SPK Grounded Theory. (b) Paradigma Konstruktivis, yang memiliki tiga macam SPK, yaitu: SPK Etnometodologi; SPK Etnografi Teks; SPK Action Research/ Penelitian Tindakan. (c) Paradigma Posmodernis, yang memiliki satu SPK, yaitu SPK Pluralisme Inferensial (Aminuddin, 2002).
2. Asal usul PTK adalah mengadopsi dari Action Research dibidang kesehatan yang dilakukan para dokter terhadap para pasiennya. Jadi, logika analisis guru dalam melakukan terapi pembelajaran (PTK) di kelas adalah layaknya seorang dokter dalam menterapi pasiennya (Islami, I., 2002).
3. Dalam PTK wajib ada kolabor, yaitu teman guru di sekolah, dan sebaiknya guru satu bidang studi, yang berfungsi untuk mengamati dan memberi masukan pada peneliti selama proses pembelajaran di kelas. Dalam penelitian lainnya tidak perlu ada kolabor (Arifin, 2006)
3. Model analisis data dalam PTK adalah sangat khusus, yaitu bersifat siklus, yang meliputi: (a) Perencanaan; (b) Tindakan; (c) Observasi; dan (d) Refleksi. Jadi, dalam analisis data PTK untuk guru-guru di jenjang SD-SMTA tidak perlu menggunakan model analisis penelitian kualitatif tingkat lanjut, yaitu analisis data kualitatif: Model Miles dan Huberman; Model Glaser and Strauss; dan Model Spradley) (Wiriaatmadja, R, 2005; Sugiyono, 2005; Moleong, 2006)
4. PTK harus berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas, dan hasilnya harus meningkatkan kualitas pembelajaran siswa di kelas (Wiriaatmadja, R, 2005).
B. Mengapa Guru Harus Melakukan PTK?
Salah satu bagian penting yang akan menunjang guru mampu meningkatkan kualitas kompetensi profesionalnya adalah kemampuan untuk melakukan penelitian atau melakukan kajian secara intens berkaitan dengan bidang pekerjaan atau disiplin keilmuan yang dimiliki oleh setiap guru. Ada beberapa argumentasi atau alasan mengapa setiap guru harus memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), diantaranya adalah:
1. Kemampuan guru melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan baik, dapat mengubah citra guru ke arah lebih berkualitas dan meningkatkan profesional guru. Guru yang profesional, harus mampu mengembangkan kualitas akademik dan non akademik secara terus menerus, serta mempunyai kemampuan mengambil keputusan sesuai dengan profesinya (profesional judgment)
2. Penelitian tindakan kelas (PTK) dapat mengembalikan rasa percaya diri (self confidence) guru, sehingga mampu mengemban tugas-tugas profesionalitas guru. Melalui penelitian tindakan kelas, guru melatih diri mengamati secara jeli fenomena pembelajaran di kelas yang dia lakukan, apa kekurangan dan apa kelebihannya, kemudian dia melakukan refleksi, untuk perbaikan kualitas pembelajaran berikutnya.
3. Penelitian tindakan kelas (PTK) dapat menumbuhkan semangat membebaskan (liberating) dan menyetarakan (emancipating) dalam konteks profesi guru. Artinya ketika guru mempunyai rasa kepercayaan diri dan harga diri (self esteem) sebagai guru yang profesional, dia akan mandiri, tidak tergantung pada pihak lain, punya semangat inovatif dalam pembelajaran secara kontekstual.
4. Penelitian tindakan kelas (PTK) dapat memberikan masukan (input) bagi guru dalam hal: (a) pengembangan kurikulum di kelas berbasis kompetensi siswa; (b) memecahkan problema praktis pembelajaran di kelas; (c) upaya guru dalam melakukan inovasi pembelajaran di kelas; dan (d) membangun iklim pembelajaran di kelas yang interaktif (antar siswa, siswa dengan guru dan guru dengan guru) (Wiriaatmadja, R, 2005).
Agar setiap guru mampu melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas profesinya sebagai pendidik secara baik, maka Hopkins dalam Wiriaatmadja (2005) mengemukakan empat hal yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu: (1) tugas utama guru adalah mengajar dan mendidik siswa, jadi kegiatan melakukan penelitiannya jangan sampai mengganggu tugas utama sebagai pendidik- pengajar; (2) Metode pengumpulan data jangan yang terlalu memakan waktu lama. Pilihlah cara-cara pengumpulan data yang efisien dan relevan dengan kebutuhan, yaitu perbaikan atau kualitas proses pembelajaran di sekolah; (4) Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh guru harus sudah dikenal (diakrabi) langkah-langkahnya, dan ada keterpanggilan hati-pikiran (senang) untuk melakukan penelitian, sehingga prosedur penelitian akan dijalani dengan baik. Jadi, motivasi dan obsesi utama melakukan penelitian bukan semata-mata karena untuk kenaikan pangkat kepegawaian dan juga bukan karena ada dana sponsor penelitian, tetapi motivasi dasar melakukan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meraih hasil proses pembelajaran yang berkualitas; (5) Fokus atau masalah penelitian yang akan dikaji harus sesuai dengan bidang tugas mengajarnya, atau berkaitan dengan proses belajar mengajar di sekolah. Jangan sampai penelitian itu berhenti di tengah jalan, atau hanya satu kali penelitian, tetapi sebaiknya setiap semester guru mampu melakukan penelitian satu kali yang berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah.
C. Cara Membuat Judul PTK.
Ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan dalam membuat judul PTK, yaitu:
1. Berkaitan dengan persoalan proses pembelajaran siswa, yang sehari-harinya dihadapi oleh peneliti/ guru di kelas.
2. Judul hanya menyangkut satu konsep permasalahan/ problem pembelajaran di kelas, misalnya tentang: Prestasi belajar; Motivasi Belajar, dsb.
3. Problema tersebut akan diselesaikan melalui cara/ metode/ model pembelajaran apa? Misalnya: melalui Model Pembelajaran STAD, Jigsaw, Inkuiri; Problem Posing, SPBM.
4. Materi Pelajarannya harus jelas, misalnya K.D berapa/ Konsep Materi apa.
5. Objek/ siswa yang diteliti jelas, dan cukup satu kelas.
6. Kapan penelitian itu dilakukan (Semester berapa dan tahun pelajarannya).
7. Tempat penelitian., misalnya SD, SMP. SMA mana (harus jelas)
Dari tujuh pedoman tersebut, berikut ini dirumuskan contoh judul PTK, yaitu “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi K.D. 2.2 Melalui Model Pembelajaran STAD, Siswa kelas X-1, Semester Genap di SMA “x” Kota Malang Tahun 2008-2009”. Setelah membuat judul segera susun Bab I (Pendahuluan).
D. Pedoman Praktis Penyusunan Bab I (Pendahuluan).
Ada beberapa bagian yang harus dijelaskan dalam Bab I Pendahuluan, pada PTK, yaitu paling tidak berisi tentang: (1) Latarbelakang Masalah; (2) Rumusan Masalah; (3) Tujuan Penelitian; (4) Definisi Konsep; (5) Manfaat Penelitian; dan (6) Keterbatasan Penelitian. Bagaimana cara membuat kelima hal tersebut?. Perhatikan hal-hal berikut ini:
1. Apa yang harus disusun atau di jelaskan pada bagian latarbelakang?.
Pada dasarnya latar belakang masalah penelitian pada bab I itu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: (a) bagian awal (bisa satu/ dua alinea) yang menjelaskan tentang realitas teoritis/ kajian teori singkat/ hasil penelitian PTK yang lalu tentang hal-hal yang semestinya terjadi dalam proses pembelajaran, misalnya: Proses pembelajaran harus membangun keaktifan, kreativitas, motivasi, prestasi belajar siswa yang berkualitas; (b) bagian tengah (bisa satu/ dua alinea) yang menjelaskan tentang realitas sehari-hari (realitas empirik) dalam pembelajaran di kelas, misalnya: kondisi prestasi, motivasi siswa
dalam belajar rendah; dan (c) bagian akhir (bisa satu alinea) yang menerangkan kesimpulan adanya kesenjangan antara realitas teoritis dan realitas empirik, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan PTK dengan judul tertentu (sesuai dengan problemanya).
2. Bagaimana merumuskan masalah penelitian?
Dalam PTK rumusan masalah boleh cukup satu saja, boleh lebih dari satu rumusan masalah. Apabila rumusan masalah dibuat satu, maka untuk contoh judul penelitian di atas adalah: Bagaimana upaya meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Sosiologi K.D. 2.2 melalui model pembelajaran STAD, siswa kelas X-1, semester genap di SMA “x” Kota Malang tahun 2008-2009?. Jadi, tinggal memberi kata tanya didepannya.
Apabila rumusan masalah dibuat dua, maka untuk judul penelitian di atas adalah: (a) Bagaimana kondisi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif STAD di kelas X-1, semester genap di SMA “x” Kota Malang tahun 2008-2009?; dan (b) Bagaimana upaya meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Sosiologi K.D. 2.2 melalui model pembelajaran STAD, siswa kelas X-1, semester genap di SMA “x” Kota Malang tahun 2008-2009?.
3. Bagaimana merumuskan tujuan penelitian?
Apabila rumusan masalahnya satu maka minimal tujuan penelitiannya juga satu. Jadi, rumusan tujuan penelitian minimal adalah mengikuti rumusan masalah penelitian. Misalnya. Apabila rumusan masalahnya dua seperti di atas, maka rumusan tujuan penelitian adalah. “Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ingin membahas atau mengkaji tentang: (a) Kondisi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif STAD di kelas X-1, semester genap di SMA “x” Kota Malang tahun 2008-2009; dan (b) Upaya meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Sosiologi K.D. 2.2 melalui model pembelajaran STAD, siswa kelas X-1, semester genap di SMA “x” Kota Malang tahun 2008-2009. Jadi, tinggal menghilangkan kalimat tanya yang ada di rumusan masalah.
4. Apa yang perlu dijelaskan dalam definisi konsep?
Peneliti perlu menjelaskan maksud/ definisi yang dimaksud peneliti tentang konsep-konsep yang ada pada judul penelitian. Misalnya untuk judul di atas, peneliti harus menjelaskan apa yang dimaksud dalam penelitian saudara tentang: (a) Prestasi belajar siswa; (b) Kompetensi Dasar; (c) Model pembelajaran STAD; (d) Siswa dan situs penelitian; dan (e) Pendekatan penelitian. Uraikan singkat agar pembaca tidak terjadi salah pengertian
5. Apa yang harus di tulis tentang manfaat penelitian?
Ada tiga manfaat yang perlu dijelaskan pada sub bab tentang Manfaat Penelitian, yaitu: (a) Manfaat hasil PTK bagi siswa; (b) Manfaat hasil PTK bari guru mata pelajaran; dan (c) Manfaat hasil PTK bagi Lembaga.
6. Apa yang harus diuraikan pada Keterbatasan Penelitian?
Pada bagian ini, inti uraiannya adalah “peneliti menjelaskan bahwa hasil laporan PTK yang dilakukan masih ada sisi kelemahannya, oleh karena itu perlu adanya penelitian lanjutan, baik oleh peneliti sendiri maupun peneliti lainnya”.
E. Pedoman Praktis Penyusunan Bab II (Kajian Pustaka).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kajian pustaka dalam PTK, yaitu:
1. Pada bagian ini peneliti perlu mengemukakan beberapa hasil dari PTK yang telah dilakukan para peneliti terdahulu. Apabila peneliti tidak menemukan hasil karya PTK terdahulu, peneliti dapat melakukan kajian teori yang ada di buku-buku teks ilmiah, majalah ilmiah atau koran, yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Karena PTK sifatnya mencari jalan pemecahan terhadap problema khusus pembelajaran di kelas, maka uraian teori, konsep dalam kajian pustaka ini cukup ringkas saja, tidak terlalu panjang, namun tetap memperhatikan kaidah ilmiah dalam penulisannya, misalnya dicantumkan sumber rujuannya. Contoh, catatan kaki langsung menyatu dalam teks adalah “Menurut Sutjipto (1999) peran guru sangat sentral dalam proses pembelajaran di kelas”. Atau “Paradigma pembelajaran era sekarang lebih bersifat kontekstual, (Tilaar, 2002: 25)”. Uraian tentang Kajian Pustaka dianggap salah apabila tidak mencantumkan catatan kaki.
3. Uraian dalam Kajian pustaka pada PTK tidak dibenarkan menyinggung konsep-konsep lain yang tidak sesuai dengan konsep yang ada pada judul penelitian.
4. Fungsi kajian pustaka dalam PTK adalah untuk mendukung dan menjustifikasi rencana tindakan yang akan dilakukan peneliti di kelas selama PTK berlangsung. Disamping itu kajian pustaka dapat memberikan wawasan ilmiah yang cukup tentang konsep-konsep teori yang berkaitan dengan pokok persoalan yang akan diteliti.
F. Pedoman Praktis Penyusunan Bab III (Metode Penelitian).
Uraian yang ada di Bab III (Metode penelitian), paling tidak menjelaskan tentang: (a) Pendekatan/ strategi penelitian; (b) Setting penelitian; (c) Sampel dan Instrumen penelitian; (d) Metode pengumpulan data; dan (e) Analisis data atau analisis tindakan.
1. Apa yang harus dijelaskan pada sub bab pendekatan/ strategi penelitian?
Pada bagian ini peneliti harus menjelaskan bahwa, “Untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini strategi atau pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan strategi penelitian kualitatif classrom action research atau penelitian tindakan kelas (PTK), dengan analisis siklus, yaitu dari: (a) perencanaan; (b) tindakan; (c) observasi; dan (d) refleksi”.
2. Apa yang harus dijelaskan pada sub bab setting penelitian?
Pada bagian ini peneliti harus menjelaskan secara rinci dan sejelas mungkin tentang Kondisi: (a) letak sekolah yang menjadi objek penelitian; (b) sarana dan prasarana pembelajaran yang dimiliki sekolah; (c) jumlah kelas dan siswa secara keseluruhan; (d) jumlah guru pada masing-masing mata pelajaran; dan (e) Apakah tempat tersebut pernah dilakukan PTK oleh peneliti terdahulu dan bila ada fokusnya tentang apa. Tujuan uraian tentang setting penelitian secara rinci adalah, apabila ada peneliti atau guru dari sekolah lain yang membaca hasil laporan PTK, akan dapat memperoleh informasi yang cukup tentang setting penelitian anda, atau dapat dijadikan perbandingan apakah ada kemiripan antara sekolah anda dan sekolah lain.
3. Apa yang harus dijelaskan pada sub bab objek dan Instrumen penelitian?
Hal yang perlu dijelaskan pada bagian ini adalah, “Karena pendekatan penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian Action research, maka teknik sampling penelitian adalah menggunakan non probability sampling (teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur / anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel) (Sugiyono, 2005), sedangkan teknik pengambilannya menggunakan purposive sampling (teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau tujuan tertentu). Jadi, yang menjadi sampel (objek) penelitian adalah misalnya kelas X-1 dengan jumalh 35 siswa”. Menurut para ahli penelitian kualitatif, sering sampel penelitian dalam PTK disebut objek penelitian, karena sebenarnya dalam PTK tidak mengenal isilah populasi. Oleh karena itu apabila menggunakan istilah sampel maka yang dimaksud adalah sampel purposive. Jadi, boleh menggunakan istilah sampel atau objek penelitian, dan ‘tidak pas atau tidak proporsional bila menggunakan istilah populasi’ . Dalam penelitian kualitatif, khususnya PTK yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dan kolabor. Dalam hal ini peneliti betul-betul: (a) memahami model analisis PTK; (b) Menguasai wawasan/ konsep yang diteliti; (c) Kematangan kesiapan melakukan PTK; dan (d) selalu melakukan refleksi/ evaluasi diri.
4. Apa yang harus dijelaskan pada metode pengumpulan data?.
Dalam hal ini peneliti perlu menjelaskan tentang metode pengumpulan data. Dalam PTK, metode pengumpulan datanya adalah: (a) Metode observasi partisipatif, dalam hal ini peneliti harus membuat pedoman observasi dengan memerinci aspek-aspek yang akan diobservasi;(b) Metode wawancara takterstruktur, dalam hal ini peneliti juga menyusun pedoman wawancara yang akan dilakukan pada siswa; dan (c) Metode tes, dalam hal ini
guru melakukan ulangan harian apabila menurut peneliti tes memang diperlukan (terutama apabila judul PTK berkaitan dengan prestasi belajar). Metod tes dan dokumen ini sebagi penunjang saja.
5. Apa yang harus dijelaskan pada sub bab analisis data atau analisis tindakan?.
Dalam bagian ini peneliti menjelaskan proses analisis data yang akan digunakan. Karena PTK termasuk jenis penelitian kualitatif, maka analisis datanya bersifat siklus. Analisis datanya berlangsung terus menerus sejak awal penggalian data sampai akhir PTK. Peneliti menjelaskan berapa siklus yang akan dilakukan, dan jumlah siklus tidak boleh hanya satu siklus, minimal dua siklus. Analisis siklus dalam PTK ini menyangkut empat tahap, yaitu: Siklus 1, meliputi: (1) Perencanaan, ke (2) Tindakan, ke (3) Pengamatan/ observasi, ke (4) Refleksi., kemudian dilanjutkan ke Siklus 2, yaitu: (1) Perencanaan 2, ke (2) Tindakan; (3) Observasi; dan (4) Refleksi, sebagaimana gambar berikut: (sebaiknya perlu dibuatkan gambar siklusnya)
Siklus 1
Siklus 2
Pada bagian analisis data atau analisis tindakan ini perlu dijelaskan: (a) Rincian perencanaan tindakan yang akan dilakukan guru; (b) Langkah-langkah tindakan apa saja selama pembelajaran di kelas, dijelaskan secara rinci; (c) Cara-cara dalam melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan proses pembelajaran, misalnya dibuat format observasi partisipasinya; dan (d) cara melakukan atau menyusun refleksi (Lihat contoh tabel analisis PTK di lampiran)
Disamping menggunakan analisis siklus seperti di atas, maka pada sub bab analisis data ini peneliti juga perlu menjelaskan penggunaan analisis deskriptif kuantitatif dalam bentuk analisis mean untuk prestasi belajar dan analisis persentase untuk hasil observasi. Analisis deskriptif kuantitatif ini adalah sebagai ‘penunjang’ dari analisis data kualitatif PTK yang bersifat siklus.
G. Pedoman Praktis Penyusunan Bab IV (Hasil Penelitian Dan Pembahasan).
Karena PTK ini merupakan salah satu dari strategi penelitian kualitatif, maka deskripsi hasil penelitian di bab ini harus lengkap atau rinci. Dalam mendeskripsikan hasil penelitian ini, peneliti harus memperhatikan jumlah rumusan masalahnya. Apabila jumlah rumusan masalah pada judul penelitian di atas berjumlah dua, maka deskripsi hasil penelitian sebagai berikut:
a. Deskripsi Data Pra Tindakan. Dalam hal ini peneliti menjelaskan kondisi prestasi belajar siswa seelum diterapkannya model pembelajaran STAD. Bentuk penjelasannya adalah deskriptif kuantitatif sederhana, dengan analisis mean atau presentase prestasi belajar siswa. Sumber datanya adalah dokumen nilai belajar siswa matei pelajaran sebelum diterapkannya model pembelajaran STAD. Kenapa hal ini perlu diuaraikan?. Dasar pertimbangannya adalah untuk memberikan gambaran entang perlunya dilakukan penelitian dengan model pembelajaran inovatif.
b. Deskripsi Data Pasca (setalah) Tindakan.
Disinilah peneliti harus menjelaskan secara rinci siklus demi siklus, yaitu:
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan. Pada bagian ini peneliti harus menjelaskan rincian rencana yang akan dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan model STAD, misalnya: (a) Materi pembelajarannya diperinci dalam RPP; (b) Beberapa permasalahan yang akan di bahas; (c) Pembentukan kelompok dan permasalahan yang harus diselesaikan oleh kelompok; Mekanisme kerja team/ kelompok; (d) Langkah-langkah pembelajaran STAD; (e) Aspek apa yang akan dikaji; (f) Proses interaksi antar team/ kelompok, dst. (sekali lagi perencaannya harus jelas, yang mengacu pada tujuan pembelajaran).
b. Tindakan. Pada bagian ini peneliti menguraikan tentang, apakah hal-hal yang peneliti rencanakan di atas bisa direalisasikan atau tidak bisa direalisasikan
selama proses pembelajaran model STAD. Apabila tidak bisa, peneliti mengemukakan apa faktor penghambatnya, lalu dicari solusi berikutnya. Dan jika bisa direalisasikan peneliti juga menjelaskan apa faktor pendukungnya dan apa perlu ditingkatkan pada siklus kedua. Pada bagian ini peneliti melakuan: (a) observasi partisipatif; dan (b) melakukan tes harian setelah proses pembelajaran STAD (bisa tes lisan atau tulis), kemudian dianalisis dengan analisis mean dan analisis persentase.
c. Pengamatan atau Observasi, bagian ini peneliti menjelaskan hasil dari observasi partisipatif dengan menganalisis aspek-aspek yang diobservasi berdasarkan lembar observasi, dengan analisis persentase. Komponen atau aspek yang diobservasi misalnya: (a) Keterlibatan dalam kerja tim kelompok; (b) Perhatian dalam proses pembelajaran STAD; (c) Respon terhadap permasalahan yang diajukan dalam Tim atau antar Tim; (d) Tanggungjawab dalam menyelesaikan tugas; (e) Rasionalitas dan sistematika dalam menjawab; dsb. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah sifat triangulasi data. Data yang diperoleh dari tes harian (analisis mean) dapat disajikan disini, terpadu dengan analisis deskriptif persentase. Dalam melakukan analisis persentase tentang aspek-aspek yang diobservasi perlu dijelaskan pula masuk pada kategori:: (a) Baik; Sedang; dan Kurang. Atau (a) Baik Sekali; Baik; Kurang; dan Kurang Sekali. Apabila hasil observasi partisipatif diperoleh katergori Baik Sekali atau Baik, perlu dijelaskan faktor-faktor apa yang mendukungnya. Dan apabila hasilnya Kurang atau Kurang Sekali, perlu dijelaskan faktor-faktor apa yang menghambat atau penyebabnya.
c. Refleksi, bagian ini peneliti perlu menguraikan tentang: (a) Aspek/ bagian mana dari permasalahan materi pelajaran (KD. 2.2.) yang diajukan ke siswa dengan model pembelajaran STAD belum terpecahkan dan yang sudah terpecahkan (diperoleh dari tes dan observasi); (b) Aspek/ bagian mana dari proses pembelajaran yang belum dilakukan oleh guru dalam model pembelajaran STAD dan yang sudah dilakukan oleh guru (data diperoleh dari hasil pengamatan kolaborator); dan (c) Kendala dan pendukung keberhasilan proses pembelajarannya dicatat (data dari perpaduan catatan kolaborator dan peneliti). Aspek/ bagian permasalahan yang belum terpecahkan atau sifatnya negatif pada siklus pertama akan ditindaklanjuti atau dipecahkan pada siklus kedua (segera disusun perencanaan baru untuk siklus ke 2). Demikian juga apabila ada aspek/ bagian yang sudah berhasil pada siklus pertama akan ditingkatkan pendalaman/ pemahamannya pada siklus kedua. Jadi, pada siklus kedua, masih ada keterkaitan dengan siklus pertama atau bentuknya menyempurnakan siklus pertama (tidak boleh materi pembelajarannya berbeda, misalnya pada siklus pertama K.D. 2.2. kemudian siklus kedua K.D. 2.3)
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan. Pada bagian ini peneliti harus menjelaskan rincian rencana yang akan dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan
model STAD, khususnya hal-hal yang belum dicapai pada siklus pertama, bisa menyangkut. Pendalaman atau penyederhanaan permasalahan yang diajukan; Menukar anggota antar tim agar merata; Penjelasan lagi tentang mekanisme kerja team/ kelompok; Penekanan aspek yang dikaji dan belum terselesaikan; Proses interaksi antar team/ kelompok lebih kompak daripada diklus pertama, dst. (perencaan siklus kedua tetap mengacu pada tujuan pembelajaran pada RPP), pada siklus kedua ini juga perlu dibuat RPP baru, tetapi ingat tujuan instraksionalnya tetap sama, yang berbeda dengan RPP pada siklus pertama hanyalah langkah-langkah tindakan.
b. Tindakan. Pada bagian ini peneliti menguraikan tentang, apakah hal-hal yang peneliti rencanakan pada siklus kedua di atas bisa direalisasikan atau tidak bisa direalisasikan selama proses pembelajaran model STAD. Apabila tidak bisa, peneliti mengemukakan apa faktor penghambatnya, lalu dicara solusi berikutnya. Diharapkan pada siklus kedua ini beberapa kendala yang dijumpai pada siklus pertama sudah terpecahkan. Pada bagian ini juga dilakukan tes harian setelah proses pembelajaran STAD selesai, juga langsung dilakukan observasi partisipatif, kemudian dianalisis dengan analisis mean (terhadap hasil ulangan harian) dan analisis persentase (hasil observasi). Model deskripsi tentang fenomena pembelajaran yang diteliti seperti pada siklus pertama
c. Pengamatan atau Observasi, bagian ini peneliti menjelaskan hasil dari observasi partisipatif dengan menganalisis aspek-aspek yang diobservasi berdasarkan lembar observasi, dengan analisis persentase seperti pada siklus pertama. Hanya perlu diingat bahwa penerapan siklus kedua ini adalah difokuskan pada pemecahan permasalahan pembelajaran yang belum diperoleh solusi pada siklus pertama, atau ada hal-hal tindakan pembelajaran pada siklus pertama yang perlu ditingkatkan kualitasnya. Cara melakukan deskripsi datanya seperti pada siklus pertama.
d. Refleksi, bagian ini peneliti perlu menguraikan tentang: (a) Aspek/ bagian mana dari permasalahan materi pelajaran yang diajukan ke siswa pada siklus kedua dengan model pembelajaran STAD yang sudah terpecahkan (diperoleh dari tes dan observasi); dan (c) Kendala dan pendukung keberhasilan proses pembelajarannya dicatat.
Apabila pada siklus kedua masih dijumpai permasalahan yang belum terpecahkan, bisa dilanjutkan pada siklus ketiga. Tetapi perlu diingat, semakin banyak siklus dalam satu kegiatan PTK (misalnya sampai empat dan lima siklus, itu tandanya gurunya tidak bisa menerapkan model pembelajaran yang efektif atau materi pembelajarannya terlalu kompleks dan sulit).
d. Sedangkan uraian Pembahasan adalah menguraikan secara singkat tentang: (a) urgensi dari proses penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar siswa; dan (b) hasil dari analisis PTK yang telah dilakukan peneliti, apakah telah sesuai dengan teori pembelajaran atau telah mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
H. Pedoman Praktis Penyusunan Bab V (Penutup).
Pada bagian ini peneliti harus menjelaskan atau menguraikan tentang dua hal, yaitu: (1) Kesimpulan; dan (2) Saran-saran.
1. Apa yang harus dijelaskan dalam kesimpulan?
Dalam menyusun kesimpulan peneliti harus berpedoman pada rumusan masalah. Apabila rumusan masalahnya dua, maka paling tidak kesimpulannya juga dua, yang mencerminkan sebuah hasil/ jawaban dari permasalahan. Dalam hal ini peneliti bisa mengambil inti/ kesimpulan dari hasil analisis data pada bab IV.
2. Apa yang harus dijelaskan dalam saran-saran?
Dalam menyusun saran pada bab V, peneliti bisa menjelaskan tentang saran, misalnya: (a) pada guru/ peneliti, agar bisa melakukan penelitian lanjutan untuk pengembangan wawasan keilmuan tentang pembelajaran di kelas; (b) pada lembaga/ kepala sekolah, agar terus memberikan dorongan/ dukungan materi dan non materi pada guru-guru untuk melakukan pengembangan profesi keguruan. dsb.
I. Pedoman Praktis Dalam Penyusunan Daftar Pustaka dan Membuat Lampiran
1. Cara membuat daftar pustaka, yaitu: (a) secara berurutan Nama pengarang (diambil dari nama belakangnya), tahun penerbitan, Judul buku; Nama penerbit, kemudian diakhiri Kota penerbit.; (b) penyusunan daftar pustaka harus urut abjat. Contoh, lihat di datar pustaka halaman terakhir.
Contoh penulisan daftar pustaka dalam bentuk buku teks adalah:
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Contoh penulisan daftar pustaka berupa surat kabar adalah:
Notosusanto, N., 2007. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Harian Umum Kompas, 10 Juli 2007.h. 4.
Contoh penulisan daftar pustaka buku teks tidak ada pengarangnya adalah:
Biro Pusat Statistik. 2008. Survey Pertanian Produksi Buah-Buahan di Indonesia. Jakarta h. 30-35.
Contoh penulisan daftar pustaka yang diambil dari internet selain jurnal adalah:
Witherspoom, A.M. and R. Pearce. 2000. Nutrient and multispecies criteria standard for the Chowan River, North Carolina. Report No. 200. http://www.3.ncsu.edu/wrri/reports.200.html. May, 21.2000.
Apabila tidak tertera tahun maka tanggal pengambilan harus dicantumkan.
Contoh penulisan daftar pustaka dari jurnal adalah:
Effendi, T.N. 1999. Strategi Pengembangan Masyarakat: Alternatif Pemikiran Reformatif. Jurnal Ilmu Sosial-Ilmu Politik, Vol 3 No. 2: 25-30. Nopember. Fisipol. UGM. Yogyakarta.
2. Lampiran. Lampiran diletakkan setelah daftar pustaka. Dan yang perlu dilampirkan adalah: Jadwal penelitian; RPP; Lembar observasi peneliti pada Siswa; Lembar observasi Kolabor; Hasil nilai tes ulangan hasian; Rekap hasil observasi; dan Riwayat hidup peneliti.
I. Pedoman Praktis Dalam Penyusunan Laporan Hasil PTK.
Meskipun jenis PTK termasuk salah satu kategori penelitian yang “relatif mudah dan sederhana” untuk dilakukan setiap guru, laporan hasil dari proses PTK harus tetap bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Oleh karena itu format laporan hasil PTK diharapkan sesuai dengan standart baku format laporan penelitian ilmiah. Berikut ini dikemukakan contoh format laporan hasil PTK, yaitu:
– Halaman Sampul atau Judul
– Lembar persetujuan
– Kata Pengantar
– Abstrak
– Daftar Isi
– Daftar Tabel / Daftar Gambar
Bab I PENDAHULUAN.
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Definisi Konsep
E. Manfaat Penelitian
F. Keterbatasan Penelitian
Bab II Kajian Pustaka
A.
B
C (dst, sesuai dengan konsep-konsep yang ada pada judul)
Bab III Metode Penelitian
A. Pendekatan/ Strategi Penelitian
B. Setting Penelitian
C. Sampel/ Objek dan Instrumen Penelitian
D. Metode Pengumpulan Data
E. Analisis Data
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Deskripsi Data Pra Tindakan
B. Deskripsi Data Hasil Tindakan
C. Pembahasan
Bab V Penutup.
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
– DAFTAR PUSTAKA
– LAMPIRAN-LAMPIRAN
Catatan: Bagaimana menyusun abstrak?. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun abstrak, yaitu: (1) abstrak disusun setelah proses penelitian selesai, bukan disusun pada saat sebelum penelitian dilakukan, letak penulisan abstrak di bagian awal penelitian sebelum daftar isi; (2) abstrak diketik dengan satu spasi dan cukup dibuat satu atau dua halaman; (3) isi yang terkandung dalam abstrak adalah: (a) pada alinea pertama menjelaskan tentang latar belakang dan alasan urgensi atau pentingnya penelitain dilakukan, baik alasan yang berorientasi pada realitas teoritis atau realitas empiris; (b) pada alinea kedua menjelaskan tentang fokus atau rumusan masalah penelitian dan tujuan yang hendak dicapai dalam proses penelitian; (c) pada alinea ketiga menjelaskan tentang pendekatan atau strategi analisis data yang digunakan dalam proses penelitian dan objek penelitiannya; dan (d) pada alinea keempat menjelaskan tentang hasil analisis data atau hasil penelitian.
III. PENUTUP
Dari uraian singkat tentang pedoman penelitian tindakan kelas tersebut di atas, ada beberapa hal yang perlu dipahami sebagai kesimpulan makalah singkat ini, antara lain:
1. Paradigma pembelajaran dewasa ini adalah menuntut adanya peningkatan kualitas profesional guru dan kualitas pembelajaran di kelas dengan lebih menekankan pada aspek keaktifan, kreatifitas siswa dan kemandirian siswa.
2. Salah satu kunci upaya meningkatkan profesional guru adalah melatih dan meningkatkan kemampuan diri dalam mengembangkan kemampuan membuat karya tulis ilmiah yang berkaitan erat dengan kualitas proses pembelajaran sehari-hari di kelas. Dan salah satu bentuk karya tulis ilmiah guru yang sangat sentral dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas adalah melakukan penelitian tindakan kelas, baik secara mandiri atau kelompok.
3. Penelitian tindakan kelas, merupakan salah satu bagian dari strategi penelitian kualitatif yang berparadigma konstruktivis, oleh karena itu bentuk analisisnya khas, yaitu bersifat siklus dan tujuan utamanya adalah untuk perbaikan proses pembelajaran di kelas.
4. Setiap guru harus terus melatih diri untuk melakukan penelitian tindakan kelas, dan apabila telah berhasil membuat PTK harus terus dikembangkan untuk lebih teliti, lebih bagus dalam proses analisis datanya. Tidak akan diperoleh kemampuan meneliti secara baik tanpa melatih dan melatih diri untuk melakukan penelitian demi penelitian berikutnya. Oleh karena itu dalam PTK sangat dipentingkan adanya kolabor.
5. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan pelatihan atau workshop atau seminar tentang PTK ini setiap guru bisa langsung melakukan kegiatan penelitian tindakan kelas di sekolah masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, 2008. ”Pedoman Praktis Penelitian Tindakan Kelas”. Jurnal Media Pendidikan, Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur. Nomor 12/ Th.XXXV/ Pebruari 2006.
Bakri, M. (ed). 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Tinjauan Teoritis dan Praktis, Lemlit Iniversitas Islam Malang.
Bogdan, R.C. and Biklen, K., 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.Inc.
Creswell.J.W. 2005. Educational Research. Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Reserach, Second Edition. Pearson Merrill Prentice Hall. New Jersey.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jatim. 2005. Pedoman Pelaksanaan PTK (Classroom Action Research) SMA. Kanwil Dikbud, Jatim. Surabaya.
French, W.L. & Bell, C.H. 1990. Action Research and Organization Developmen”, in Organization Development. Englewood Cliff. New Jersey. Prentice-Hall, Inc.
Miles, M.B and Huberman, A.M. Tanpa tahun. Qualitative Data Analysis, Rohidi T.R. (penerjemah). 1992. UI Press. Jakarta.
Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rachman, S. Dkk., 2006. Penelitian Tindakan Kelas Dan Penulisan Karya Ilmiah. Penerbit SIC dan Dinas P dan K Jawa Timur. Surabaya
Silverman, D. 1993. Interpreting Qualitative Data. Methods for Analysing Talk, text and Interaction, First publ. SAGE Publications. London.
Strauss, A.C.J. 1990. Basics of Qualitative Research, Grounded Theory Procedures and Technique, Shodiq. M. (penerjemah). Dasar-dasar penelitian kualitatif. 2003. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif (Dilengkapi, Contoh Proporsal dan Laporan Penelitian), CV. Alfabeta. Bandung.
Taggart, Mc.R. 1994. Action Research: Philosophy Application, and Some Methodological Concerns, Makalah Seminar Nasional di IKIP Yogyakarta, 16 Mei 1994.
Wiraatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas, Untuk meningkatkan Kinerja guru dan Dosen. Remaja Rosdakarya. Bandung.
RIWAYAT HIDUP PENULIS: Arifin, lahir di Lamongan, tanggal 01 Januari 1960. Tamat Madrasah Ibtidaiyah tahun 1973; Melanjutkan ke PGAP Paciran Lamongan sambil mondok di Pesantren Karangasem Paciran Lamongan dari tahun 1973-1978, kemudian melanjutkan ke PGAAN Malang lulus tahun 1980; Masuk di IKIP Negeri Malang program studi Sejarah-Antropologi lulus (S1) tahun 1984; Lulus Magister (S2) Sosiologi pedesaan dari UMM tahun 2002; dan Lulus Doktor (S3) Kekhususan Sosiologi Pedesaan dari Universitas Brawijaya Malang Pebruari 2008. Profesi yang ditekuni sampai sekarang adalah sebagai pendidik (Guru SMA Islam; Dosen IKIP Budi Utomo Malang sejak tahun 1987 sampai sekarang; Dosen Luar Biasa Universitas Brawijaya sejak tahun 2003 sampai sekarang; dan Dosen POLTEKOM Malang). Berbagai karya tulis berupa buku: Sosiologi; Pendidikan; Penelitian dan Artikel ilmiah di jurnal ilmiah telah dihasilkan. Aktif sebagai penyaji makalah dalam seminar Regional maupun Nasional tentang pengembangan profesional guru, juga aktif sebagai pembina beberapa kelompok kajian sosial-keagamaan di kota Malang. Semoga Tuhan memaafkan semua kesalahan penulis.
saya sangat setuju sekali guru harus profesional, tapi ngomong-ngomong untuk melakukan penelitian khan perlu dana. Mungkin bagi guru yg PNS no problem, tapi gimana dengan guru satus honorer? Secara umum Pasti akan keberatan sekali. Jangankan untuk melakukan penelitian untuk menyambung hidup tiap bulan aja , dapat dipastikan kita perlu ngutang. trus mau naya nich pak? Mengapa sih guru PNS kok diikutsertakan sertifikasi, yang pada kenyataannya mereka cuman nglengkapi administrasi thok dimana ujung-ujungnya cuman pingin dapat tambahan finasial doang. Apakah tidak lebih baik dana sertifikasi buat nggangkat GTT menjadi PNS, sehingga nantinya melakukan banyak penelitian dan ujung2nya menjadi guru yg professional. sekian trim’s. Mohon balasan kirim aja ke Email :bebas_ngomong@yahoo.com
Maaf, pada dasarnya setiap orang yang memilih profesi sebagai guru harus memegang komitmen untuk mengembangkan kompetensi profesional, apakah dia berstatus PNS atau bukan PNS. Kemampuan dan kecintaan untuk meneliti tidak terlalu signifikan dengan status PNS atau non PNS, sebab sangat banyk sekali guru-guru PNS tidak punya minat sama sekali untuk meneliti. Tentang guru GTT harus mengikuti sertifikasi, karena dalam UU Sisdiknas dan UU Guru dan Dosen setiap guru harus memiliki sertifikasi kualifikasi sebagai guru profesional. Jadi, setiap guru harus memahami betul essensi 4 kompetensi dengan instrumennya. Trims, selamat berkarya
Tolong saya untuk dapat dikirimi contoh proposal PTK Mata Pelajaran SMP
sebelum dan sesudahnya kami ucapkan banyak terima kasih
kebetulan penelitian yang telah saya lakukan adalah PTK di tingkat SMA. Nanti jika peserta seminar saya ada yang pernah melakukan penelitian, saya coba pinjamkan. terima kasih.
Tolong saya untuk dapat dikirimi atau di email contoh proposal PTK Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP
sebelum dan sesudahnya kami ucapkan banyak terima kasih