(13) PEDOMAN HIDUP
Setiap insan sepanjang garis sejarah berada dalam pilihan titian
fujuurahaa atau wataqwaaha, dan semuanya tersaji karena
warna pilihan pedoman hidup yang menyelimuti pencinta.
Hakikat pedoman hidup bagi sang fitrah yang sanggup menyusup
memberikan sinar cahaya matahari abadi di lubuk hati
pikiran terdalam hanyalah Al Furqan.
Al Furqan bagai istana yang memiliki sejuta pintu kebahagiaan
bagi setiap insan untuk memasukinya tanpa batas waktu
dan batas-batas diferensiasi-stratifikasi pencinta.
Al Furqan merindukan setiap insan yang hadir untuk tenggelam
disamudra hikmahnya tanpa busana penipuan diri pencinta.
Al Furqan bagaikan kurir yang sanggup menyajikan senyum cinta
abadi dengan beragam metode yang disukai pencinta, diapun bersumpah
akan setia membela pencinta di hadapan Pencinta jika
dia dijadikan sumber mata air pencari kebajikan diri.
Al Furqan bagaikan samudra hidup, luas, dalam dan tak bertepi,
dia pemberi roh dari Pencita untuk pencinta dalam
mengekspresikan sejuta potensi dan kreativitas diri
Al Furqan akan menjadi senjata pamungkas, mata air kehidupan,
lentera suci, mercusuar-mahkota kemuliaan, apabila
pencinta meyakini dan ikhlas di garis cintanya.
Ingatlah! Kami turunkan dia tahap demi tahap karena garis hidupmu
evolusionis, semuanya agar menjadi obat penawar gejolak
hati dan pikiranmu dalam meraih Kasih-Ku, tapi
dia tak berarti bagi pencinta durjana.
Malang, Desember 2009.
(14) KETULUSAN
Dikala tangan kanan menjamah makna hidup, tangan kiri tak
merasakan gairahnya, itulah makna ketulusan.
Dikala karya tersaji di meja hidangan mata tak ingin melihat,
dikala prestasi puncak tergenggam selangkahpun tak
ingin menuju panggung juara, itulah ketulusan.
Kerelaan warna pengembaraan jiwa-raga pencinta yang
mengkikis bahagia atau derita tak tersisa demi
meraih Cahaya Kasih Pencinta, itulah hakikat ketulusan.
Kejujuran bagaikan buah mahkota ketulusan dan ketulusan adalah
sirnanya ambifalensi jiwa-raga dalam pengembaran cinta.
Dikala ambifalensi cinta bersemayam di lubuk hati meskipun
hanya setitik, pencinta akan mewarnai sudut demi
sudut karyanya penuh noktah nafs kehinaan
Ingatlah! Ketulusan adalah salah satu kegaiban rahasia
Sang Pencinta, Dia akan titipkan ketulusan itu di sudut
lubuk hati setiap pencinta yang Dia Cintai.
Malang, Desember 2009
(15) DERITA HIDUP
Hakikat hidup kadang menjelma bagai kematian, demikian juga
hakikat kematian sejatinya adalah kehidupan sejati.
Ketika hidup tidak berdaya untuk singgah di kampung halaman
cinta Kekasih, itulah kematian hidup yang tak bermakna.
Wujud perjuangan pembebasan diri dari keterkungkungan segala
sudut ruang dan waktu dengan pola penuh energi nafs yang
terbingkai oleh kenikmatan maya itulah derita hidup.
Derita hidup hakikatnya tidak menyuguhkan makna rendahnya
segala atribut status elit yang melekat di tengah pusparagam,
tetapi bersentuhan dengan mind, self dan qalb yang tidak
sanggup mengabdi di istana Pencinta Abadi.
Punya mata tak mampu melihat segala warna kebajikan cinta-Nya,
punya telinga tak berdaya mendengar semua nyanyian suci
dari langit cinta-Nya, punya hati tak sanggup mengenali
diri untuk menyelam di kedalaman samudra cinta
Kekasih, itulah derita hidup tak kunjung usai.
Ingatlah!, Sepanjang hidupmu kan selalu bermandikan air mata
kesedihan bila kau tidak sanggup menyalakan cahaya hati
dan pikiran karena selalu melumuri sekujur
tubuhmu dengan air dan tanah.
Malang, Desember 2009
(16) HAKIKAT KESEDIHAN
Kebahagiaan dan kesedihan didesain bagai langit dan bumi, bagai
siang-malam dan bagai jiwa-raga dalam bingkai sejarah hidup.
Ketidakberdayaan wujud diri memaknai Kuasa Rabb dalam segala
makna dan realitas kesejarahan itulah kesedihan.
Ketidakpahaman diri akan essensi qadha’ dan qadar dalam indahnya
warna pelangi dinamika insani itulah kesedihan sejati.
Ketidakmampuan diri menjaga rasa-karsa untuk mewarnai bunga
cinta kehidupan terhadap cacian, hinaan dan fitnahan
dalam selimut Kekasih, itulah kesedihan.
Kebanggaan diri tak bertepi menjelajah nafas demi nafas dari pujian
dan sanjungan sesama itulah hakikat kesedihan.
Kecintaan yang terselimuti oleh ketidakpahaman makna kefanaan
realitas hidup dan pertanggungjawaban, itulah arti kesedihan
Kesedihan bukan kemiskinan, bukan kegagalan, bukan pula derita
hidup, melainkan redupnya cahaya cinta dari pencinta tentang
makna cinta sejati di bawah cahaya Pencinta.
Ingatlah!, sedih dan bahagia menyatu pada tujuan dan fungsi
kehidupan untuk meraih ridha-Nya, karena sedih dan
bahagia sama-sama berpotensi mengangkat dan
menenggelamkan derajat pencinta di dua dunia.
Malang, Desember 2009
Leave a comment